Pudarnya Budaya Bercocok Tanam di Desa Ku
NGAWI
- Masyarakat Desa Ngawi
sangat lekat dengan perantau, sejak masih dalam sekolah pun anak-anak selalu di bentuk oleh orang tuanya untuk bisa mencari
penghasilan di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Anak muda semakin
enggan dengan usaha mengolah tanah di daerahnya, akibatnya untuk kebutuhan
sehari-hari
pun banyak yang menggantungkan keluarga dari perantauan.
Budaya menanam dikalangan anak muda sudah hampir
sirna, hal ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang membeli kebutuhan
sayuran dari pedagang sayur keliling yang tiap hari hilir mudik di Desa Ngawi.
Pekerjaan menanam masih dianggap remeh karena memang sejak kecil para
petani-pun sudah menganjurkan anak-anaknya untuk tidak menjadi petani.
Profesi-profesi yang lebih terhormat dianggap akan
dapat memecahkan permasalahan ekonomi keluarga.
Jika diteliti lebih dalam,
pengeluaran warga untuk belanja sayur keliling lumayan cukup besar, jika
dihitung-hitung dalam satu tahun bisa mencapai miliaran rupiah. Warga Desa
Ngawi terdiri dari sekitar 900 Kepala keluarga, jika diambil minimal 600 Kepala keluarga membelanjakan uangnya sehari minimal Rp.5.000,-, maka
dalam satu hari untuk belanja sayur saja sekitar Rp. 3.000.000,-. Dalam sebulan
(x30 hari) bisa mencapai Rp. 90.000.000,- dan dalam satu tahun (x12 bulan)
dapat menembus angka Rp. 1.080.000.000,- untuk belanja sayuran.
Melihat kondisi seperti ini
beberapa pemuda yang sering nongkrong di Tumpi Readhouse mencoba untuk memulai bercocok tanam sendiri, membuat
pupuk sendiri dan menanam di lahan warga. Dengan menghadirkan Ketua Jaringan
Petani Organik (JARPETO) para pemuda belajar banyak hal mengenai pertanian
organic.
Untuk membangun perekonomian di desa, tentu harus
memperbesar jumlah perputaran uang yang ada di desa tersebut. Untuk itulah
pembentukan koperasi di Tumpi Readhouse menjadi
jalan keluar untuk memulai semua usaha pertanian yang direncanakan. Sampai saat ini, proses yang masih dilangsungkan
adalah pembuatan pupuk organic, pembibitan tanaman cabe dan membuat obat
organic untuk tanaman. Sebulan yang lalu bersama masyarakat mencoba menanam Gubis, Wortel,
Cengkeh dan Pohon Jabon, untuk memenuhi kebutuhan sayuran di
desa, kami memulai dengan menanam cabe dalam pot secara organic, semoga langkah
ini menjadi awal perubahan budaya merantau di desa kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar