Senin, 03 Juni 2013

Berita Feature



Pudarnya Budaya Bercocok Tanam di Desa Ku

NGAWI - Masyarakat Desa Ngawi sangat lekat dengan perantau, sejak masih dalam sekolah pun anak-anak selalu di bentuk oleh orang tuanya untuk bisa mencari penghasilan di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Anak muda semakin enggan dengan usaha mengolah tanah di daerahnya, akibatnya untuk kebutuhan sehari-hari pun banyak yang menggantungkan keluarga dari perantauan.
Budaya menanam dikalangan anak muda sudah hampir sirna, hal ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang membeli kebutuhan sayuran dari pedagang sayur keliling yang tiap hari hilir mudik di Desa Ngawi. Pekerjaan menanam masih dianggap remeh karena memang sejak kecil para petani-pun sudah menganjurkan anak-anaknya untuk tidak menjadi petani.
Profesi-profesi yang lebih terhormat dianggap akan dapat memecahkan permasalahan ekonomi keluarga.
Jika diteliti lebih dalam, pengeluaran warga untuk belanja sayur keliling lumayan cukup besar, jika dihitung-hitung dalam satu tahun bisa mencapai miliaran rupiah. Warga Desa Ngawi terdiri dari sekitar 900 Kepala keluarga, jika diambil minimal 600 Kepala keluarga membelanjakan uangnya sehari minimal Rp.5.000,-, maka dalam satu hari untuk belanja sayur saja sekitar Rp. 3.000.000,-. Dalam sebulan (x30 hari) bisa mencapai Rp. 90.000.000,- dan dalam satu tahun (x12 bulan) dapat menembus angka Rp. 1.080.000.000,- untuk belanja sayuran.
Melihat kondisi seperti ini beberapa pemuda yang sering nongkrong di Tumpi Readhouse mencoba untuk memulai bercocok tanam sendiri, membuat pupuk sendiri dan menanam di lahan warga. Dengan menghadirkan Ketua Jaringan Petani Organik (JARPETO) para pemuda belajar banyak hal mengenai pertanian organic. Untuk membangun perekonomian di desa, tentu harus memperbesar jumlah perputaran uang yang ada di desa tersebut. Untuk itulah pembentukan koperasi di Tumpi Readhouse menjadi jalan keluar untuk memulai semua usaha pertanian yang direncanakan. Sampai saat ini, proses yang masih dilangsungkan adalah pembuatan pupuk organic, pembibitan tanaman cabe dan membuat obat organic untuk tanaman. Sebulan yang lalu bersama masyarakat mencoba menanam Gubis, Wortel, Cengkeh dan Pohon Jabon, untuk memenuhi kebutuhan sayuran di desa, kami memulai dengan menanam cabe dalam pot secara organic, semoga langkah ini menjadi awal perubahan budaya merantau di desa kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar